Halaman

Rabu, 11 Desember 2013

Sosial Media dan Kapitalisme



     Ada percakapan...antara supri dan paijo, supri adalah seorang remaja ababil dari daerah Semin, Gunung Kidul. Supri : Kamu udah punya FB belum, lalu dengan muka penuh ingus tadi pagi yang kering Paijo menjawab wah ga punya e Sup. Supri pun ketawa hahaha ga gaul..kamu sekarang itu apa-apa serba internet, FB sosial media lainnya. Paijo pun pergi sambil menjilati ingus kering tadi tanpa memperdulikan Supri yang ngoceh.

Pasti diantara kamu pernah dengar ada percakapan seperti itu dong, ketika kamu ga punya sosial media seperti FB, twiter, instagram, whatsup dll lalu dengan mudahnya dikatakan ga gaul, ga update, cupu lah apalah. Pernah kan?? Ok..biar kamu makin pede dengan anti mainstream yang kamu pilih, saya akan memaparkan bagaimana pengaruh sosial media terhadap perilaku konsumtif,,tsahh judulnya udah kayak skripsi aja ya hahaha.

Ok..jadi tulisan ini efek dari keseloan saya,,pada hari jumat kemarin liat iklan kakao talk, sebenarnya saya bukan pengguna sosial media itu dan ga ada masalah. Tapi yang bikin saya aneh di iklan itu, gini senin gue belanja ini, selasa gue makan ini..rabu dan seterusnya sampe weekend diisi dengan nonton sama gebetan. Mari cermati dengan cerdas iklan itu ya..gini lo kenapa ketika kita donwload sosial media, hal itu justru akan membuat kita menjadi lebih konsumtif lagi.

Liat aja,,kenapa di setiam sosial media isinya hanya iklan tempat nongkrong yang asyik...baju-baju, mari sis dibeli bajunya, mari sis dibeli sepatunya, dll. Oh..damn hal itu kan akan membuat kita jadi lebih asyik belanja di OL shop, jangan-jangan besok beli pecel lele aja, bisa On Line. Haduhhh...Memang sih hak setiap orang ketika dia akan berbelanja dengan cara apapun, namun harus tetap diperhatikan dampak dari kemajuan teknologi yang ada dong.

Misal gini ketika kamu beli sepatu di Beringharjo..

" Mbak sepatune pinten? Monggo mbak 30 50 ewu mawon, halah mbak larang e mbok 25 yo, gih pun mbak gih pelaris." (jangan dicontoh ya agak sadis nawarnya)

lalu jual beli pun terjadi kemudian obrolan lain akan berkembang...Mbak daleme pundi (tanya pedagang) kulo riku mbak Nagan, halah mertuo kulo gih tiang Nagan, Onggih mbak pundine. Obrolan berlanjut lagi,,,sambil pedangan itu lupa kalau dia sedang berjualan.

Akhirnya kamu pun punya kenalan mbak-mbak pedagang sepatu di beringharjo, bahkan mertua dia tetangga kamu, yang mungkin selama ini kamu mintain makanan, hahaha. Lalau terjalinlah silaturahmi setiap kamu datang maka akan dapat potongan sadis 50%, dan kamu pun mulai promosiin dagangan dia ke teman-teman kamu, karena murah belanja disitu. Akhrinya pedagang itu jadi kaya raya ( bukan berkat kamu juga sih).

Liat kan bagaimana sebuah interaksi sosial dalam jual beli saja, bisa menciptakan hal yang luar biasa, siapa tahu kelak kamu akan dapat jodoh. Saran saya belanja di awul-awul aja, biar kamu dapat jodoh uda-uda Sumatera Barat. Itulah untungnya sebuah interaksi...

Pilihan kamu sih mau belanja apa..tapi saran saya ya, jangan terjebak dengan iklan-iklan yang ada di sosial media, dan jadilah pengguna sosial media yang bijak. Jaman sekarang harus tetap bisa berdiri diatas idealisme kamu sendiri ya :). Jadilah pemuda yang Muda, Beda dan Menggoda leo..leo..leo Kalau artian dari gaul hanya berdasarkan dengan sosial media yang kamu punya maka kamu salah...ga punya sosial media bukan berarti kamu ga gaul. Perbedaan gaul itu hanya deari otak dan pengetahuan kamu saja....




1 komentar:

syihabhusin mengatakan...

Menurutq sih balik lagi ke pribadinya masing2 aja, :D