Halaman

Sabtu, 14 Juli 2012

Sebenarnya mereka bukan gila lho...


SKIZOFRENIA
1.      Sejarah Skizofrenia
Menurut seorang ahli jiwa Dr. Dadang Hawari dalam bukunya Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia,  skizofrenia adalah kelainan otak yang kronis, parah dan membuatnya tidak berfungsi, dan telah dikenal orang disepanjang sejarah. Skizofrenia juga bisa diartikan sebagai suatu penyakit atau gangguan mental yang dapat memperburuk tingkah laku, sikap, pemikiran, sensasi, dan persepsi (Hawari,2001).  Penderitanya biasanya disebut skizofren atau orang yang mengalami gangguan psikosis (penderita kesadaran jiwa). Penyakit skizofrenia sendiri sebetulnya sudah ada sejak lama, tapi baru sekitar seratus tahun yang lalu penyakit ini mulai ditemui dalam kepustakaan kedokteran. Skizofrenia pertama kalinya diidentifikasi sebagai "demence precoce" atau gangguan mental dini oleh Benedict Muler (1809-1873), seorang dokter berkebangsaan Belgia pada tahun1860. Supratiknyo( Hawari. 2001).
Menurut sejarah ada empat ilmuwan yang merupakan tokoh  dari skizofrenia ini. Mereka adalah Hughlings Jackson, Eugen Bleuler, Emil Kraeplin dan Kurt Schneider. Keempat tokoh ini memiliki pandangan tersendiri tentang skizofrenia. Misalnya Hughlings Jackson melihat gangguan skizofrenia dari adanya gangguan susunan saraf pusat otak, gejala-gejala negatif yang muncul pada skizofrenia adalah akibat dari kerusakan otak sehingga mengakibatkan gangguan perilaku manusia. Sedangkan menurut Eugen Bleuler skizofrenia diakibatkan adanya keretakan proses berpikir dan ketidakmampuan seseorang melakukan hubungan dengan dunia luar. Emil Kraepelin memandang bahwa skizofrenia merupakan kemerosotan atau kemunduran dalam proses berpikir dan juga perasaan. Kraeplin juga menyebutkan bahwa skizofrenia awalnya adalah “dementia praecox”, yaitu kemunduran daya ingat sebelum waktunya, padahal skizofrenia biasanya ditemukan pada dewasa awal. Tapi Kraeplin juga menemukan pada mereka yang di usia remaja awal. Sehingga kadang membuat orang untuk cenderung menarik diri dan kehilangan dorongan kehendak dari dalam dirinya. Terakhir menurut Schneider, dia lebih menekankan pada gejala yang lebih spesifik, bahwa skizofrenia dilihat dari gejala seperti adanya halusinasi dan delusi. (Hawari,2001). 
2.      Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah penyakit mental yang menyebabkan penderitanya memiliki perilaku atau sikap yang aneh. Namun banyak para ahli menjelaskan tentang apa itu skizofrenia, berdasarkan penelitian dan kasus-kasus yang mereka temui di lapangan atau terhadap penderita skizofrenia itu sendiri.
Skizofrenia adalah kondisi psikotis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi, dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi yang parah. Penderita selalu melarikan diri dari realitas hidup, dan berdiam dalam dunia fantasinya. Dia tidak memahami lingkungannya dan reaksinya selalu maniacal atau kegila-gilaan. (Kartono 1986).
Skizofrenia adalah kelainan otak yang kronis, parah dan membuatnya tidak berfungsi, dan telah dikenal orang disepanjang sejarah. Skizofrenia juga bisa diartikan sebagai suatu penyakit atau gangguan mental yang dapat memperburuk tingkah laku, sikap, pemikiran, sensasi, dan persepsi (Hawari,2001).
Skizofrenia adalah salah satu gangguan yang sangat menyimpang dari berpikir terhadap realitas yang ada. Berpikir, persepsi dan emosi yang buruk, penderita kadang menarik diri dari interaksi sosial, dan juga individunya menunjukkan perilaku yang ganjil (Feldman,2005). Meskipun banyak penelitian tentang skizofrenia, namun tiap simptom yang ditunjukkan oleh penderita juga berbeda-beda, penderita skizofrenia menunjukkan pola yang berbeda-beda. Penderita skizofrenia biasanya akan mengalami:
Delusi, penderita skizofrenia sering mengalami delusi, benar-benar tahan, keyakinan yang tidak bisa tergoyahkan tanpa dasar terhadap realitas yang ada. Berdasarkan pengalaman delusi dari penderita skizofrenia, bahwa penderita skizofrenia merasa hidupnya dikontrol oleh orang lain, mereka disiksa oleh orang lain, pikiran mereka seperti disiarkan sehingga orang lain bisa tahu apa yang sedang dia pikirkan Siddle&Stompe (Feldman,2005).
Halusinasi dan Gangguan persepsi, penderita skizofrenia tidak merasakan dunia seperti orang lain. Mereka punya halusinasi, pengalaman merasakan sesuatu yang tidak pernah ada. Lebih jelasnya, penderita skizofrenia sering mendengar, melihat atau mencium sesuatu yang orang lain tidak bisa rasakan, bahkan terkadang mereka tidak bisa merasakan tubuh mereka sendiri seperti orang lain. Penderita skizofrenia juga memiliki kesulitan dimana tubuh mereka harus berhenti atau beristirahat, hampir sama dengan parkinson yang sulit mengontrol tubuh mereka. Copolov ( Feldman,2003).
Gangguan Emosi, penderita skizofrenia terkadang menunjukkan emosi yang kosong atau kurang, meski dalam situasi tertentu atau kadang tanpa emosi sama sekali. Sebaliknya kadang penderita skizofrenia menunjukkan emosi yang berlebihan. Bahkan penderita skizofrenia bisa tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas. Penderita skizofrenia juga sering menutup diri, penderita skizofrenia biasanya tidak tertarik dengan dunia luar. Mereka tidak bersosialisasi dengan orang lain atau berkomunikasi dengan dunia luar. Kadang yang lebih ekstrem penderita skizofrenia mengurung diri, dan tidak mau bertemu dengan siapapun. Mereka lebih suka mengurung diri di kamar, tempat yang tidak ada siapa-siapa selain dia (Feldman,2005 ).
Skizofrenia secara bahasa dapat diartikan “Splitting of the mind” pikiran yang terpecah, yaitu pecahnya antara pikiran dan emosi. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik, yang ciri-cirinya terdapat dalam pikiran, persepsi dan kesadaran (Gazzaniga&Todd,2003). Skizofrenia tidak bisa disangkal merupakan penyakit atau gangguan mental yang paling menghancurkan, bagi penderita skizofrenia dan juga keluarga orang penderita skizofrenia. Skizofrenia sendiri kombinasinya adalah gerak, kognitif, perilaku dan persepsi abnormal, merupakan hasil dari gangguan skizofrenia itu sendiri. Beberapa penelitian menggolongkan skizofrenia menjadi dua golongan yaitu skizofrenia simptom positif dan skizofrenia simptom negatif.
Skizofrenia simptom positif, ditandai dengan adanya delusi dan halusinasi yang merupakan simptom yang paling banyak ditemui dalam skizofrenia. Delusi adalah kesalahan seseorang terhadap apa yang dia percaya atau kebenaran yang salah. Halusinasi juga simptom dari skizofrenia, halusinasi frekuensinya dengan pendengaran, meskipun terkadang juga penglihatannya. Berikut contoh Halusinasi seorang penderita skizofrenia dalam buku Gazzaniga&Tood,2003 :
“saya takut untuk pergi keluar, dan ketika saya melihat ke jendela sepertinya semua orang berteriak kepada saya “Bunuh dia, bunuh dia”. Ketika saya pergi ke supermarket orang-orang di sana mengatakan “Ayo berlindung…yesus di sana, sebagai jawaban kita” Dan hal itu semakin buruk terjadi pada saya.” (O’Neil,1984).
Itu merupakan contoh halusinasi suara, jadi penderita skizofrenia selalu mendengar suara-suara yang tidak bisa didengar oleh orang lain. Suara itu selalu terngiang-ngiang dalam pikiran orang yang menderita skizofrenia. Baru-baru ini  ada penelitian tentang halusinasi, bahwa halusinasi terkait dengan aktivitas di area kortek yang memproses external sensor respon seseorang. Contohnya halusinasi pendengaran akan meningkatkan aktivitas di area kortek  (Gaazaniga&Todd,2003). 
Kemudian simptom positif lainnya adalah kehilangan kesatuan, biasanya penderita skizofrenia akan kehilangan kesatuan. Penderita skizofrenia akan mengalami perubahan, seperti dia tidak tertarik saat membicarakan topik tertentu. Atau ketika ada sesuatu yang dia lihat dia tidak akan cenderung membicarakannya. Namun bila ada hal yang tidak ada secara realita maka akan dia bicarakan.
Simptom negatif skizofrenia, yaitu seringkali penderita skizofrenia menarik diri atau mengisolasi diri mereka. Penderita skizofrenia biasanya menghindari kontak mata dan merasa apatis. Mereka tidak memiliki ekspresi emosi ketika membicarakan subjek tertentu yang membutuhkan ekspresi emosi, atau kadang berbicara secara datar.
Penyebab dari penyakit ini sampai saat ini masih sukar diketahui, memang banyak pendapat yang berkembang, tentang penyebab dari skizofrenia, tapi untuk kejelasan yang pasti memang sulit. Faktor- faktor yang menjadi penyebab skizofrenia ini juga beraneka ragam, seperti faktor lingkungan, pendidikan, masalah hidup, faktor genetik, virus, atau adanya malnutrisi (kekurangan gizi). Jadi masih banyak diperbincangkan sebenarnya penyebab yang pasti dari gangguan skizofrenia ini apa. Orang hanya bisa melihat dari gejala yang muncul saja.
Biasanya gejala awal skizofrenia muncul pada usia remaja akhir dan dewasa muda, sehingga sering menyebabkan individu mengalami kegagalan dalam pencapaian hidupnya sehingga terkadang mereka hanya menjadi beban keluarganya. Tapi yang lebih sering gangguan skizofrenia muncul pada usia dibawah 45 tahun. Seseorang dikatakan skizofrenia atau didiagnosis apabila perjalanan penyakitnya sudah berlangsung 6 bulan. Sebelumnya diawali dengan gejala awal skizofrenia yaitu fase prodnormal. Biasanya penderita tidak bisa berpikir secara rasional, perilaku aneh, menarik diri, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya atau malas.
3.      Gejala-gejala Skizofrenia
            Gejala yang tampak biasanya beragam, dari mulai gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang mencolok seperti penderita berbicara kacau, tidak rasional, perasaan tidak menentu, marah tanpa sebab, agresif, sebentar dia bahagia lalu nanti bisa sedih, lalu kadang penderita juga menarik diri dari lingkungan, tidak mau bicara, dan lebih suka tertawa sendiri. Gejala mencolok di atas mudah dikenali, bahkan yang lebih ekstrim kadang penderita bisa mengganggu orang lain, merusak benda-benda yang ada di sekitarnya.
Gejala-gejala skizofrenia sendiri dibedakan menjadi dua yaitu gejala positif dan negatif. Gejala positf diantaranya seperti :
a.                           Delusi yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional tidak masuk akal, tapi penderita tetap meyakini bahwa hal itu ada.
b.                          Halusinasi yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan. Misalnya penderita mendengar suara-suara, padahal tidak ada suara apapun.
c.                           Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraan penderita, misal dia suka bicara kacau tanpa makna.
d.                          Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat yang berlebihan.
e.                           Merasa dirinya hebat dan jenius.
f.                           Pikiran penuh dengan curiga seakan-akan sedang ada yang mengancam dia
g.                          Menyimpan rasa permusuhan
Gejala negatif skizofrenia yaitu :
a.       Alam perasaan yang tumpul atau ekspresi yang datar
b.      Menarik diri dari dunia luar, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang di sekitarnya
c.       Kontak emosional  yang kurang, diajak bicara hanya diam saja
d.      Pasif dan apatis
e.       Sulit dalam berpikir abstrak
f.       Pola pikir stereotype
g.      Tidak punya inisiatif atau usaha dan upaya.
4.      Tipe-tipe Skizofrenia
a.       Skizofrenia tipe Hebefrenik yaitu kacau balau yang ditandai dengan adanya inkoherensi (pikiran yang tidak dapat dimengerti orang lain), tidak adanya ekspresi, tertawa sendiri, halusinasi dan perilaku aneh.
b.      Skizofrenia tipe Katatonik, tipe ini penderita lebih suka mengurung diri dan menarik diri dari pergaulan, sehingga seperti patung diam saja. Sikap tubuh juga katatonik yaitu sikap yang tidak wajar atau aneh.
c.       Skizofrenia tipe Paranoid, penderita tipe ini mengalami gangguan alam perasaan yang hebat, biasanya penderita merasakan kecemasan yang begitu hebat. Misal akan dibunuh, atau bisa saja mengaku dirinya nabi dll.
d.      Skizofrenia tipe Residual adalah biasanya penderita memiliki perasaan yang tumpul dan tidak peduli dengan lingkunganya, dan juga pikiran yang tidak rasional. (Hawari,2001).
Secara klinis untuk mengatakan atau mendiagnosis seseorang menderita skizofrenia atau tidak, ada tahapanya yaitu :
a.  Delusi atau waham yang aneh, seperti hal-hal yang tidak masuk akal dalam kenyataan.
b.      Delusi atau waham somatik (fisik), merasa dia yang paling besar, paling berkuasa.
c.       Delusi atau waham dikejar-kejar. Mendengar suara, sehingga menurut penderita dia sedang dikejar-kejar. Tapi belum sampai pada tahap kecemasan.
d.      Halusinasi akan alat indera. Mendengar suara-suara. Melihat sesuatu, yang orang lain tidak bisa lihat dan tidak ada suara apapun.
e.       Perasaan tumpul atau datar
f.       Deteriorasi ( kemunduran/kemerosotan ), yaitu fungsi adaptasi terhadap lingkungan sudah tidak ada.
Setelah gejala-gejala ringan itu sudah berlangsung selama kurang lebih 6 bulan. Maka segera harus diperikasakan untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.
5.      Penyebab Skizofrenia
Penyebab skizofrenia saat ini masih sulit untuk ditentukan, apakah karena faktor genetik, lingkungan, atau akibat dari stressor lainnya. Hal itu sampai sekarang masih menjadi perdebatan di kalangan para peneliti. Namun berdasarkan penelitian yang ada, penyebab skizofrenia dapat dibedakan menjadi tiga yaitu genetika, biokimiawi dan lingkungan. Berikut penjelasan penyebab skizofrenia :
1.      Faktor genetika
Studi keluarga menunjukan bahwa keluarga skizofrenik lebih mungkin mengembangkan gangguan tersebut dibanding dengan orang-orang dari keluarga yang tidak menderita skizofrenia.  Kembar monozigotik (MZ) keduanya lebih mudah terkena skizofrenia dibangdingkan dengan kembar dizigotik (DZ). Sekalipun misalnya kembar MZ dari penderita skizofrenia tidak didiagnosis menderita skizofrenia, terdapat kemungkinan yang besar bahwa dia akan abnormal dalam hal tertentu. Suatu ulasan tentang beberapa penelitian menunjukkan bahwa hanya 13% dari kembar MZ penderita skizofrenia yang dianggap normal. Heston ( Atkinson, 1983)
Orang tua yang menderita skizofrenia lebih mungkin menularkan gangguan jiwanya pada anak-anaknya melalui praktek membesarkan anak yang salah ketimbang melalui gen-gen yang kurang baik. Kendatipun demikian suatu penelitian tentang anak-anak yang memiliki ibu penderita skizofrenai tetapi dipisahkan dari orang tuanya, kemudian di asuh di panti asuhan, memberikan bukti tambahan bagi yang mendukung hipotesis genetik. Anak ini dinilai pada waktu dewasanya dibandingkan dengan kelompok kendali yang dilahirkan oleh orang tua normal dan dibesarkan di panti asuhan. Skizofrenia ditemukan pada anak yang berasal dari ibu yang menderita skizofrenia. Heston ( Atkinson, 1983 ).
2.      Faktor Biokimiawi
Keabnormalan yang ada pada penderita skizofrenia dan tidak pada subjek kendali mungkin merupakan sebab gangguan tersebut atau akibat gangguan tersebut, atau keabnormalan itu mungkin berasal dari beberapa aspek pengobatan. Misalnya pertama kali subjek masuk Rumah Sakit diawali keadaan panik atau agitasi yang intens selama berminggu-minggu yang menyebabkan perubahan tubuh. Perubahan ini berkaitan dengan kurang tidur, makan yang tidak cukup dan juga stress. Keabnormalan biokimiawi lain  juga dapat dikaitkan dengan pengobatan,  kebanyakan pasien skizofrenia minum obat-obatan pskikotik yang bekasnya tetap ada dalam darah selama beberapa waktu. Beberapa kondisi disebabkan karena berada di Rumah Sakit dalam jangka waktu yang lama.
Teori biokimiawi tentang gangguan afektif berfokus pada neuropinefrin dan serotonin, tetapi penelitian tentang skizofrenia berfokus pada dopamine suatu neuortransmitter yang aktif pada kawasan otak yang dianggap terlibat dalam pengaturan emosi (sistem limbik). Beberapa obat-obatan yang ditemukan tahun-tahun belakangan ini terbukti secara efektif untuk menyembuhkan beberapa gejala skizofrenia. Obat-obatan antipsikotik atau (neuroleptik) ini terbukti memblokir reseptor dopamin Snyder (Atkinson,1983). Fakta ini menunjukkan bahwa keabnormalan pada metabolisme dopamin mungkin merupakan sebab pokok skizofrenia. Bukti selanjutnya didapat dari pengamatan pada efek amfetamin, atau “speed”, yang telah diketahui meningkatkan keluarnya dopamine. Para pemakai obat yang minum amfetamin dengan dosis berlebih memperlihatkan perilaku psikotik yang sangat serupa dengan skizofrenia paranoid, dan gejala-gejalanya dapat disembuhkan dengan obat-obatan antipsikotik yang digunakan untuk mengobati skizofrenia. Jika amfetamin dosis rendah diberikan kepada penderita skizofrenia, gejala-gejalanya menjadi lebih jelek. Dalam kasus-kasus ini obat tersebut tidak menimbulkan sakit jiwa itu sendiri, melainkan obat tersebut memperburuk gejala-gejala apa saja yang dialami penderita.
Sejumlah besar senyawa kimiawi berfungsi sebagai neurotransmitter dan skizofrenia mungkin saja terpengaruh oleh interaksi kompleks antara senyawa-senyawa tersebut. Kita harus tahu lebih jauh bagaimana neurotransmitter ini berinteraksi satu dengan yang lain sebelum mendapatkan pemahaman yang jelas tentang sifat biokimiawi skizofrenia. Akan tetapi sekalipun suatu kecenderungan turunan pada keabnormalan biokimiawi tertentu dapat didemonstrasikan, barangkali faktor-faktor psikologislah yang akan menentukan apakah individu tersebut benar-benar dapat berkembang menjadi penderita skizofrenia.
3.      Faktor sosial dan psikologis
Penelitian tentang faktor psikologis sebagai sebab skizofrenia berfokus pada hubungan orang tua dan anak, pola komunikasi dalam keluarga. Penelitian keluarga penderita skizofrenia mengidentifikasikan dua tipe keluarga yang tampaknya dapat menyebabkan gangguan tersebut. Pada keluarga pertama orang tua sangat menarik batas dan tidak mau bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, masing-masing tidak menghargai dan mencoba mendominasi yang lain serta berlomba memperoleh kesetiaan anaknya. Kedua tidak terdapat perselisihan yang terbuka, orang tua yang dominan menunjukkan psikopatologi yang serius sehingga orang tua yang satunya secara pasif menerimanya sebagai hal normal. Lidz (Atkinson,1983). Kedua keluarga di atas mengambarkan keluarga yang aneh, tidak dewasa, dan yang memanfaatkan anaknya untuk memenuhi kebutuhan mereka dan dengan mudah menyebabkan anak-anak merasa bingung, terasing dan tidak yakin akan perasaan yang sebenarnya. Dalam arti tertentu anak-anak tumbuh dan belajar menerima  distorsi-distorsi realita orang tuanya sebagai hal yang normal.
Penyelidikan laboratorium yang merekam pembicaraan keluarga skizofrenia ketika sedang memecahkan masalah bersama menunjukkan bahwa keluarga ini mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, dibandingkan dengan keluarga lainnya Goldenberg (Atkinson 1983). Meski demikian, mungkin pula kesulitan komunikasi tidak berasal dari orang tuanya tetapi disebabkan oleh upaya mengatasi anak yang terganggu jiwanya itu. Salah satu penyelidikan menunjukkan bahwa hal ini mungkin merupakan sebabnya. Kehidupan rumah tangga yang terganggu dan trauma awal seringkali dijumpai pada latar belakang penderita skizofrenia. Kematian salah satu atau kedua orang tua, pengaruh orang tua yang emosinya terganggu, yang perilakunya tidak rasional, dan tidak ajek, dan suasana permusuhan dan perselisihan antara ayah dan ibu, semua merupakan faktor yang ternyata jauh lebih besar daripada frekuensi rata-rata yang ditemukan pada latar belakang orang-orang yang mengalami skizofrenia. Masa kanak-kanak yang penuh dengan berbagai jenis stress dan semakin stress saat masih kanak-kanak akan membuat dia menderita skizofrenia yang semakin parah Rosenthal (Atkinson,1983).

2 komentar:

Anonim mengatakan...

terimakasih, postingannya sangat membantu. akan lebih komplit bila sumber daftar pustaka dicantumkan sebagai referensi yang adekuat :)

Bintang ulama mengatakan...

yang suka tertawa sendiri